Berita Terbaru - Acara televisi Indoesia saat ini memang telah mencapai taraf yang sangat tidak baik. Bagaimana tidak, Televisi yang seharusnya menjadi hiburan paling mudah dan murah telah banyak diisi oleh program acara yang tidak mendidik seperti sinetron remaja cinta dan acara show yang jauh dari kata bermutu.
|
Alasan Sinetron Indonesia Masih Saja Ditayangkan |
Bahkan beberapa acara musik show sekarang sudah berubah menjadi acara yang tidak jelas diisi dengan candaan murahan para artisnya. Gelombang protes dari sebagian masyarakat dan sanksi tegur dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) ternyata tidak efektif karena acara yang bersangkutan masih saja tayang sampai saat ini. Nah, inilah beberapa alasan yang menyebabkan mengapa acara televisi Indonesia yang tidak mendidik masih saja ditayangkan.
Memiliki Penonton yang Banyak
Golongan masyarakat yang sudah melek teknologi tentu sulit dibohongi oleh hal yang murahan seperti di sinetron atau acara TV lainnya. Tapi, bagaimana kalo masyarakat yang lain tidak beruntung untuk mengakses teknologi atau internet dan hanya bisa menonton Tv Saja?
Mereka tentu tidak bisa berbuat apa apa lagi dan terus dijejali dengan berbagai macam acara yang tidak jelas. Tidak bisa dipungkiri lagi, acara TV yang tidak jelas itu memang sangat banyak penontonnya.
Sistem Rating yang Masih Menjadi Acuan
Poin ini masih behubungan dengan poin sebelumnya. Ada dua poin penting yang menjadi tolak ukur sebuah acara televisi yaitu rating dan jumlah pemasang iklan (komersial). Jumlah penonton suatu acara tentu sangat mempengaruhi tinggi rendahnya rating. Suatu acara yang penontonnya banyak tentu akan memperoleh rating yang tinggi.
Rating merupakan nilai jual sebuah acara bagi para pemasang iklan. Makin tinggi rating makin tinggi pula nilai jual acara tersebut di mata para pemasang iklan. Dan itu berarti ialah pemasukan bagi stasiun TV yang bersangkutan.
Pendapatan dari Iklan yang Tida Sedikit
Kita semua tahu kalau pendapatan utama dari sebuah stasiun TV swasta adalah dari pemasang. Sebuah stasiun TV swasta ternama bahkan mampu meraup trilyunan rupiah dari total pendapatan iklan pertahunnya. Dari angka tersebut sekitar 30% berasal dari tayangan sinetron, jauh melebihi acara film barat yang hanya mendapatkan 10%. Tentu saja banyaknya iklan yang berbanding lurus dengan tinggi rendahnya rating. Makin tinggi rating makin banyak iklan yang didapat. Jadi tidak heran sebuah tayangan sinetron selama ratingnya masih tinggi akan tetap tayang sampai ratusan bahkan ribuan episode.
Dan sebuah tayangan sinteron akan buru buru diakhiri jika ada indikasi penurunan rating yang signifikan. Jadi tahu kan sebabnya kenapa ada sinetron yang tiba tiba tamat.
Biaya Produksi yang Rendah
Sebenarnya belum mengetahui secara pasti berapa biaya produksi per episode sinetron. Tetapi ada sesuatu yang menarik yang disampaikan oleh Manoj Punjabi selaku CEO MD Animation, anak perusahaan MD Entertaintment yang memproduksi serial animasi Sopo & Jarwo. Menurutnya, biaya produksi per episode Sopo & Jarwo sangat besar, setara dengan biaya produksi 40 episode sinetron. Padahal kita tahu serial animasi ini cuma berdurasi 30 menit. Bandingkan dengan durasi sinetron yang bahkan mencapai 2 jam. Apakah memang sedemikian rendah biaya produksi per episode sinetron? Logikanya begini saja, sinetron kita selama ini menganut sistem kejar tayang untuk nongol di TV setiap hari sehingga PH yang bersangkutan akan berusaha mati-matian agar target jadwal tayang tercapai.
Hal ini jelas mempengaruhi kualitas sinetron yang bersangkutan seperti script skenario yang agak absurd, setting properti yang asal jadi atau akting pemain yang acak adut. Yang penting, asalkan tayang itu sudah aman. Low budget? Silahkan nilai sendiri, tetapi yang jelas dengan kualitas konten seperti itu, sebuah stasiun TV tetap berpotensi mendapatkan pemasukan iklan yang besar per-episodenya.
Lemahnya Pemerintah atau KPI Terhadap Tayangan Lokal
KPI memang harus diakui cukup ketat dalam mengawasi acara-acara televisi. Tayangan yang berisi adegan yang sekiranya dinilai mengumbar kekerasan baik verbal maupun non verbal serta berbau sensualitas tanpa ampun akan mendapatkan sanksi baik berupa teguran tertulis sampai pelarangan tayang.
Sehingga tidak heran hal ini memaksa semua stasiun TV melakukan sensor di beberapa film baik film kartun maupun Hollywood. Adegan-adegan aksi seperti adegan baku hantam dan baku tembak dipotong-potong sampai batas yang sulit dinikmati. Bagaimana dengan tayangan sinetron? Amaaan!! Banyak sinetron laga yang tetap menyajikan adegan perkelahian tanpa sensor. Meskipun beberapa kali teguran dilayangkan KPI terkait materi kekerasan, tetap saja tidak ada perubahan yang berarti. Standar ganda? Entahlah.
Itulah beberapa alasan mengapa sinetron di Indonesia tak kunjung dihapus.
Belum ada tanggapan untuk "5 Alasan Mengapa Sinetron Tidak Mendidik Masih Ditayangkan"
Posting Komentar